Pensil Patah
Jika sebuah pensil sudah terlanjur patah, maka runcingkanlah
Monday, July 27, 2020
Tuesday, May 12, 2020
ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI SYAIR ORANG LAPAR KARYA TAUFIQ ISMAIL
Syair
Orang Lapar
Lapar
menyerang desaku
Kentang
dipanggang kemarau
Surat
orang kampungku
Kuguratkan
kertas
Risau
Lapar
lautan pidato
Ranah
dipanggang kemarau
Ketika
berduyun mengemis
Kesinikan
hatimu
Kuiris
Lapar
di Gunung Kidul
Mayat
dipanggang kemarau
Berjajar
masuk kubur
Kau
ulang jua
Kalau
Dalam
puisi di atas Taufiq menggambarkan bahwa telah terjadi bencana kelaparan yang
melanda suatu desa pada masa penjajahan. Bencana tersebut diakibatkan oleh
ketidakstabilan ekonomi dan politik. Selain itu pemerintahan pada masa itu
terkesan tutup mata atau tidak memperdulikan rakyatnya. Warga desa turun ke
jalan untuk mengemis, karena tidak ada jalan lagi untuk mendapatkan sesuap
nasi. Akibat bencana tersebut banyak dari mereka yang menderita berbagai
penyakit dan yang sangat tragis mereka banyak yang meninggal.
A.
Struktur
Fisik Puisi
1.
Diksi (Pilihan Kata)
a.
Pembendaharaan Kata
Pembendaharaan kata
penyair dalam puisi sangat penting untuk kekuatan ekspresi, juga menunjukan
ciri khas penyair. Selain itu perbedaan suku, agama, pendidikan, jenis kelamin
penyair juga turut menentukan pembendaharaan kata.
Dalam puisi syair orang
lapar, Taufiq menggunakan kata-kata yang bernada sedih, selain itu Taufiq juga
menggunakan kata-kata yang bernada kritik pada pemerintah karena Taufiq ingin membela
masyarakat miskin yang kelaparan, namun pemerintah terkesan menutup mata.
b. Urutan
Kata
Pada puisi syair orang
lapar, Taufiq menggunakan urutan
kata
yang di dahului dengan penyebutan kata
benda, yaitu lapar.
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
………………………………....
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
…………………………………
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang kemarau
……………………………….
c. Daya
Sugesti
Dalam
puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan kata-kata yang bernada sedih karena
ia ingin menyugesti pembaca agar turut merasakan apa yang dirasakan penyair
melihat orang-orang yang kelaparan sampai mereka harus mengemis dijalanan, dan
hingga akhirnya banyak dari mereka yang meninggal.
2. Pengimajian
Pada
puisi Syair Orang Lapar, pengimajian yang digunakan adalah pengimajian
penglihatan dan dan perasaan. Dimana puisi tersebut mampu membuat pembaca
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan sedih seperti yang dirasakan penyair.
Sedangkan jika ditelaah lebih lanjut, pada puisi tersebut juga terdapat
pengimajian penglihatan seperti pada bait-bait berikut:
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
……………………………………
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
……………………………………
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Pada
bait diatas pengimajian penglihatan digambarkan lapar menyerang desaku, baris
tersebut menggambarkan seolah-olah pembaca tergugah menggunakan mata hatinya
untuk dapat melihat bahwa telah terjadi suatu bencana disuatu desa yaitu Gunung
Kidul.
3. Bahasa
Figuratif (Majas)
Majas yang terdapat
pada puisi Syair Orang Lapar adalah majas personifikasi dan paralelisme. Majas personifikasi adalah ungkapan yang
menggambarkan benda mati seolah-olah hidup seperti manusia. Pada puisi syair
orang lapar Taufiq menulis personifikasi sebagai berikut: “kentang dipanggang kemarau”, “ranah
dipanggang kemarau”, mayat dipanggang
kemarau”.
Sedangkan
majas paralelisme adalah mengulang
ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat nuansa makna. Pada puisi di atas,
Taufiq menuliskan perulangan pada bagian lapar
menyerang desaku, lapar lautan pidato,
lapar di Gunung Kidul. Kata lapar selalu di ulang untuk menguatkan
nuansa makna kelaparan/bencana kelaparan yang terjadi di Gunung Kidul.
4. Kata
Konkret
Pada
puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan perlambangan suasana yaitu pada
bagian Kentang dipanggang kemarau, Ranah
dipanggang kemarau, Mayat dipanggang kemarau. Yang menggambarkan suasana
desa yang krisis pangan, sehingga warganya mengalami bencana kelaparan.
5. Versifikasi
(Rima, Ritma, dan Metrum)
1)
Rima
Rima adalah pengulangan
bunyi dalam puisi. Dalam puisi Syair Orang Lapar penyair menggunakan rima akhir. Jelas
terlihat pada bait-bait berikut
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang
kemarau
Surat orang kampungku
………………………………………
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang
kemarau
Berjajar masuk kubur
Dalam
puisi di atas juga terdapat pengulangan kata/ungkapan. Misalnya lapar menyerang desaku, lapar lautan pidato, lapar di Gunung Kidul, kentang dipanggang kemarau, ranah dipanggang kemarau, dan mayat dipanggang kemarau.
2)
Ritma
Ritma sangat
berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata,
frasa, dan kalimat. Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq menciptakan irama
secara kreatif. Ia menggunakan pengulangan kata-kata tertentu untuk mengikat
beberapa baris puisi, misalnya menggunakan kata lapar yang merupakan pengikat baris-baris yang seakan membentuk
suatu gelombang yang teratur.
6.
Tipografi
Tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Dalam puisi syair
orang lapar, kata-kata mewujudkan larik-larik yang panjang pendek, yang
membentuk suatu kesatuan yang padu.
Larik dengan kata risau, kuiris, dan kalau memberikan
jawaban kepada larik sebelumnya. Di samping itu, tata wajah yang diciptakan
Taufiq juga menyebabkan ritma puisi menjadi padu.
B.
Struktur
Batin Puisi
1. Tema
Tema merupakan gagasan
pokok atau subject-master yang
dikemukakan penyair. Pada puisi syair
orang lapar, Taufiq menggunakan tema kemanusiaan. Taufiq ingin membela
orang-orang miskin yang menderita kelaparan. Ia ingin mempertahankan hak-hak
mereka. Bahwa orang miskinpun mempunyai hak yang sama.
2. Perasaan
Dalam menciptakan
puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati
oleh pembaca. Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq merasakan adanya ketidak
adilan. Taufiq merasa geram terhadap ketidak adilan yang semakin merajalela.
Oleh karena itu Taufiq melakukan kritik pada pemerintah yang dianggap tidak
adil pada rakyatnya, sehingga banyak warganyayang menderita kelaparan akibat
kekurangan/krisis pangan.
3. Nada
dan Suasana
Nada dan suasana dalam
suatu puisi saling berhubungan, karena nada puisi menimbulkan suasana iba hati
pembaca. Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan kata-kata yang
menggambarkan suasana duka atau kematian. Terlihat jelas dari diksi-diksinya
yang menggunakan kata-kata seperti mengemis,
mayat, kubur.
4. Amanat
Dalam puisi syair orang
lapar karya Taufiq Ismail dapat ditafsirkan amanat “ hargailah dan bantulah
orang-orang miskin. Mereka itu juga manusia yang martabatnya sama dengan kita
semuanya. Kesengsaraan mereka bukan kemauan mereka. Kita yang nasibnya lebih
baik dari mereka, hendaknya memikirkan nasib mereka di samping nasib kita
sendiri”.
SUMBER:
Waluyo,
Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi
Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.
Monday, May 11, 2020
PENGERTIAN, TUJUAN, UNSUR, DAN LANGKAH MENYUSUN RESENSI BUKU
Kunjungi untuk dapat banyak materi:
MENYUSUN RESENSI
A. Pengertian Resensi
Resensi mengandung makna dasar “memeriksa, mencermati, meninjau atau melihat kembali” sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau ulasan buku. Namun pada kenyataannya, objek resensi tidak hanya terbatas pada buku saja, tetapi dapat berupa film, drama, lukisan, musik, dan berbagai bentuk/tampilan tulisan.
Tujuan utama membuat resensi adalah memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah lahir karya baru. Pemberitahuan tersebut mengandung makna bahwa apakah karya tersebut layak atau tidaknya dinikmati. Dengan memberi pertimbangan tersebut, artinya orang yang membuat resensi secara tidak langsung telah membantu dan mempromosikan karya baru tersebut.
B. Unsur-Unsur Resensi
Unsur-unsur dalam resensi, meliputi:
1. Judul Resensi
Judul merupakan urutan pertama, dapat juga dibuat sesudah penulisan resensi selesai. Buatlah judul resensi semenarik mungkin. Kalimatnya boleh sama dengan judul buku atau boleh juga berbeda. Judul resensi harus benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan dan harus selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2. Identitas Buku
Bagian ini berisi informasi tentang fisik buku, identitas atau data publikasi buku yang meliputi:
a. Judul buku
b. Nama pengarang (jika ada, tulis juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera dalam buku)
c. Nama penerbit
d. Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa)
e. Tebal buku atau jumlah halaman
f. Harga buku (jika diperlukan)
3. Sinopsis Buku
Sinopsis artinya ringkasan sebuah cerita. Setelah menampilkan identitas, pembuat resensi dapat mulai menampilkan synopsis buku yang diresensi. Dengan membuat sinopsis atau ringkasan, pembaca dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku.
4. Jenis Buku
Pembuat resensi perlu juga mengelompokkan buku yang diresensi berdasarkan jenis buku, baik itu buku fiksi, maupun nonfiksi. Selain itu tema yang terkandung dalam buku tersebut, misalnya agama, politik, pendidikan, teknologi, kepahlawanan, dan lain sebagainya.
5. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang penulis buku yang diresensi perlu dijelaskan apabila Anda hendak membuat sebuah resensi. Hal ini dapat menambah daya tarik bagi pembaca.
6. Penilaian
Dalam tahap ini, Anda dapat melakukan penilaian secara objektif pada buku tersebut. Anda dapat menguraikan keunggulan dan kelemahan buku tersebut. Dalam memberi penilaian, sebaiknya disertai alasan yang logis. Penilain dapat meliputi;
a. Tampilan fisik : kualitas kertas, huruf, gambar, dan warna sampul.
b. Isi : sistematika pembahasan dan kualitas isi.
c. Bahasa : mudah dipahami atau tidak.
Untuk buku fiksi, penilaian meliputi hal-hal berikut.
a. Unsur intrinsik: tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.
b. Unsur ekstrinsik: biografi pengarang, nilai sosial, budaya, agama, moral, dan lain sebagainya.
7. Simpulan
Dengan menuliskan sebuah simpulan di bagian akhir resensi, kita dapat memberi sugesti kepada pembaca dengan pertimbangan kelayakan buku tersebut untuk dibaca atau tidak. Jika buku tersebut layak, berilah kesan terbaik dan ajakan agar pembaca segera membaca dan patut memiliki buku tersebut.
C. Langkah-langkah Menyusun Resensi
Pada dasarnya menyusun resensi buku fiksi sama dengan menyusun resensi buku nonfiksi. Namun, pada unsur penilaian terdapat sedikit perbedaan. Jika meresensi buku fiksi, kita tidak hanya menilai penampilan fisik saja, tetapi juga menilai unsur intrinsik dan ektrinsik. Berbeda pada buku nonfiksi, unsur intrinsik dan ektrinsik tersebut tidak dicantumkan. Berikut langkah-langkah menulis resensi buku nonfiksi:
1) Memilih buku
Pilihlah buku yang akan Anda resensi sesuai kebutuhan berupa buku yang baru terbit, sedang menjadi perhatian umum, dan bermanfaat bagi masyarakat.
2) Menguasai isi buku
Bacalah buku tersebut dengan saksama. Jika perlu, ulangi beberapa kali hingga Anda benar-benar menguasai isi buku tersebut.
3) Mengidentifikasi buku
Dengan membaca dan menguasai buku yang akan diresensi, kita akan mengetahui bagian-bagian yang menjadi kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Hasil identifikasi sebaiknya Anda catat.
4) Meringkas isi buku
Bagian-bagian yang telah diidentifikasi disusun kembali secara ringkas sehingga menjadi sebuah sinopsis buku.
5) Memberi penilaian
Penilaian dilakukan dengan memberi tanggapan dengan cara menilai kualitas isi buku, kelebihan, kekurangan, dan manfaat buku tersebut bagi pembaca.
6) Menyimpulkan
Langkah terakhir adalah membuat simpulan. Dalam tahap ini berilah saran dan pertimbangan kepada pembaca untuk membaca bahkan membeli buku tersebut.
Subscribe to:
Comments (Atom)
TEORI SASTRA (PUISI, PROSA DAN DRAMA)
Untuk dapat lebih banyak materi, silakan kunjungi: TEORI SASTRA A. PUISI 1. Pengertian Puisi Puisi beras...

-
Syair Orang Lapar Lapar menyerang desaku Kentang dipanggang kemarau Surat orang kampungku Kuguratkan kertas Risau Lapar la...
-
NILAI MORAL DALAM PUISI PARA PEMINUM KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI Oleh: Nur Anif, S.Pd. (Guru SMK Negeri Nusawungu) anifnur92...
-
Untuk dapat lebih banyak materi, silakan kunjungi: TEORI SASTRA A. PUISI 1. Pengertian Puisi Puisi beras...