Tuesday, May 12, 2020

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI SYAIR ORANG LAPAR KARYA TAUFIQ ISMAIL


Syair Orang Lapar

Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kau ulang jua
Kalau

Dalam puisi di atas Taufiq menggambarkan bahwa telah terjadi bencana kelaparan yang melanda suatu desa pada masa penjajahan. Bencana tersebut diakibatkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan politik. Selain itu pemerintahan pada masa itu terkesan tutup mata atau tidak memperdulikan rakyatnya. Warga desa turun ke jalan untuk mengemis, karena tidak ada jalan lagi untuk mendapatkan sesuap nasi. Akibat bencana tersebut banyak dari mereka yang menderita berbagai penyakit dan yang sangat tragis mereka banyak yang meninggal.


A.       Struktur Fisik Puisi
1.         Diksi (Pilihan Kata)
a.         Pembendaharaan Kata
Pembendaharaan kata penyair dalam puisi sangat penting untuk kekuatan ekspresi, juga menunjukan ciri khas penyair. Selain itu perbedaan suku, agama, pendidikan, jenis kelamin penyair juga turut menentukan pembendaharaan kata.
Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan kata-kata yang bernada sedih, selain itu Taufiq juga menggunakan kata-kata yang bernada kritik pada pemerintah karena Taufiq ingin membela masyarakat miskin yang kelaparan, namun pemerintah terkesan menutup mata.
b.      Urutan Kata
Pada puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan urutan kata yang di dahului dengan penyebutan kata benda, yaitu lapar.

Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
………………………………....
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
…………………………………
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang kemarau
……………………………….
c.       Daya Sugesti
Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan kata-kata yang bernada sedih karena ia ingin menyugesti pembaca agar turut merasakan apa yang dirasakan penyair melihat orang-orang yang kelaparan sampai mereka harus mengemis dijalanan, dan hingga akhirnya banyak dari mereka yang meninggal.
2.      Pengimajian
Pada puisi Syair Orang Lapar, pengimajian yang digunakan adalah pengimajian penglihatan dan dan perasaan. Dimana puisi tersebut mampu membuat pembaca seolah-olah merasakan sentuhan perasaan sedih seperti yang dirasakan penyair. Sedangkan jika ditelaah lebih lanjut, pada puisi tersebut juga terdapat pengimajian penglihatan seperti pada bait-bait berikut:
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
……………………………………
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
……………………………………
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur

Pada bait diatas pengimajian penglihatan digambarkan lapar menyerang desaku, baris tersebut menggambarkan seolah-olah pembaca tergugah menggunakan mata hatinya untuk dapat melihat bahwa telah terjadi suatu bencana disuatu desa yaitu Gunung Kidul.
3.      Bahasa Figuratif (Majas)
Majas yang terdapat pada puisi Syair Orang Lapar adalah majas personifikasi dan paralelisme. Majas personifikasi adalah ungkapan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup seperti manusia. Pada puisi syair orang lapar Taufiq menulis personifikasi sebagai berikut: “kentang dipanggang kemarau”, “ranah dipanggang kemarau”, mayat dipanggang kemarau”.
Sedangkan majas paralelisme adalah mengulang ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat nuansa makna. Pada puisi di atas, Taufiq menuliskan perulangan pada bagian lapar menyerang desaku, lapar lautan pidato, lapar di Gunung Kidul. Kata lapar selalu di ulang untuk menguatkan nuansa makna kelaparan/bencana kelaparan yang terjadi di Gunung Kidul.
4.      Kata Konkret
Pada puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan perlambangan suasana yaitu pada bagian Kentang dipanggang kemarau, Ranah dipanggang kemarau, Mayat dipanggang kemarau. Yang menggambarkan suasana desa yang krisis pangan, sehingga warganya mengalami bencana kelaparan.
5.      Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)
1)        Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dalam puisi Syair Orang Lapar   penyair menggunakan rima akhir. Jelas terlihat pada bait-bait berikut
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
………………………………………
Lapar di Gunung Kidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur

Dalam puisi di atas juga terdapat pengulangan kata/ungkapan. Misalnya lapar menyerang desaku, lapar lautan pidato, lapar di Gunung Kidul, kentang dipanggang kemarau, ranah dipanggang kemarau, dan mayat dipanggang kemarau. 
2)        Ritma
Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq menciptakan irama secara kreatif. Ia menggunakan pengulangan kata-kata tertentu untuk mengikat beberapa baris puisi, misalnya menggunakan kata lapar yang merupakan pengikat baris-baris yang seakan membentuk suatu gelombang yang teratur.

6.      Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Dalam puisi syair orang lapar, kata-kata mewujudkan larik-larik yang panjang pendek, yang membentuk suatu kesatuan yang padu.
Larik dengan kata risau, kuiris, dan kalau memberikan jawaban kepada larik sebelumnya. Di samping itu, tata wajah yang diciptakan Taufiq juga menyebabkan ritma puisi menjadi padu.

B.      Struktur Batin Puisi
1.      Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-master yang dikemukakan penyair.  Pada puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan tema kemanusiaan. Taufiq ingin membela orang-orang miskin yang menderita kelaparan. Ia ingin mempertahankan hak-hak mereka. Bahwa orang miskinpun mempunyai hak yang sama.
2.      Perasaan
Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq merasakan adanya ketidak adilan. Taufiq merasa geram terhadap ketidak adilan yang semakin merajalela. Oleh karena itu Taufiq melakukan kritik pada pemerintah yang dianggap tidak adil pada rakyatnya, sehingga banyak warganyayang menderita kelaparan akibat kekurangan/krisis pangan.
3.      Nada dan Suasana
Nada dan suasana dalam suatu puisi saling berhubungan, karena nada puisi menimbulkan suasana iba hati pembaca. Dalam puisi syair orang lapar, Taufiq menggunakan kata-kata yang menggambarkan suasana duka atau kematian. Terlihat jelas dari diksi-diksinya yang menggunakan kata-kata seperti mengemis, mayat, kubur.
4.      Amanat
Dalam puisi syair orang lapar karya Taufiq Ismail dapat ditafsirkan amanat “ hargailah dan bantulah orang-orang miskin. Mereka itu juga manusia yang martabatnya sama dengan kita semuanya. Kesengsaraan mereka bukan kemauan mereka. Kita yang nasibnya lebih baik dari mereka, hendaknya memikirkan nasib mereka di samping nasib kita sendiri”.



SUMBER:
Waluyo, Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.









Monday, May 11, 2020

PENGERTIAN, TUJUAN, UNSUR, DAN LANGKAH MENYUSUN RESENSI BUKU

Kunjungi untuk dapat banyak materi:




MENYUSUN RESENSI




A.      Pengertian Resensi

Resensi mengandung makna dasar “memeriksa, mencermati, meninjau atau melihat kembali” sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau ulasan buku. Namun pada kenyataannya, objek resensi tidak hanya terbatas pada buku saja, tetapi dapat berupa film, drama, lukisan, musik, dan berbagai bentuk/tampilan tulisan.

Tujuan utama membuat resensi adalah memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah lahir karya baru. Pemberitahuan tersebut mengandung makna bahwa apakah karya tersebut layak atau tidaknya dinikmati. Dengan memberi pertimbangan tersebut, artinya orang yang membuat resensi secara tidak langsung telah membantu dan mempromosikan karya baru tersebut.


B.       Unsur-Unsur Resensi

Unsur-unsur dalam resensi, meliputi:

1.      Judul Resensi

Judul merupakan urutan pertama, dapat juga dibuat sesudah penulisan resensi selesai. Buatlah judul resensi semenarik mungkin. Kalimatnya boleh sama dengan judul buku atau boleh juga berbeda. Judul resensi harus benar-benar  menjiwai seluruh  tulisan atau inti tulisan dan harus selaras dengan keseluruhan isi resensi.

2.      Identitas Buku

Bagian ini berisi informasi tentang fisik buku, identitas atau data publikasi buku yang meliputi:

a.    Judul buku

b.   Nama pengarang (jika ada, tulis juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera dalam buku)

c.    Nama penerbit

d.   Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa)

e.    Tebal buku atau jumlah halaman

f.     Harga buku (jika diperlukan)


3.         Sinopsis Buku

Sinopsis artinya ringkasan sebuah cerita. Setelah menampilkan identitas, pembuat resensi dapat mulai menampilkan synopsis buku yang diresensi. Dengan membuat sinopsis atau ringkasan, pembaca dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku.


4.         Jenis Buku

Pembuat resensi perlu juga mengelompokkan buku yang diresensi berdasarkan jenis buku, baik itu buku fiksi, maupun nonfiksi. Selain itu tema yang terkandung dalam buku tersebut, misalnya agama, politik, pendidikan, teknologi, kepahlawanan, dan lain sebagainya.


5.         Latar Belakang Pengarang

Latar belakang penulis buku yang diresensi perlu dijelaskan apabila Anda hendak membuat sebuah resensi. Hal ini dapat menambah daya tarik bagi pembaca.


6.         Penilaian

Dalam tahap ini, Anda dapat melakukan penilaian secara objektif pada buku tersebut. Anda dapat menguraikan keunggulan dan kelemahan buku tersebut. Dalam memberi penilaian, sebaiknya disertai alasan yang logis. Penilain dapat meliputi;

a.         Tampilan fisik    : kualitas kertas, huruf, gambar, dan warna sampul.

b.        Isi                          : sistematika pembahasan dan kualitas isi.

c.         Bahasa                 : mudah dipahami atau tidak.

Untuk buku fiksi, penilaian meliputi hal-hal berikut.

a.         Unsur intrinsik: tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

b.        Unsur ekstrinsik: biografi pengarang, nilai sosial, budaya, agama, moral, dan lain sebagainya.


7.         Simpulan

Dengan menuliskan sebuah simpulan di bagian akhir resensi, kita dapat memberi sugesti kepada pembaca dengan pertimbangan kelayakan buku tersebut untuk dibaca atau tidak. Jika buku tersebut layak, berilah kesan terbaik dan ajakan agar pembaca segera membaca dan patut memiliki buku tersebut.



C.      Langkah-langkah Menyusun Resensi

Pada dasarnya menyusun resensi buku fiksi sama dengan menyusun resensi buku nonfiksi. Namun, pada unsur penilaian terdapat sedikit perbedaan. Jika meresensi buku fiksi, kita tidak hanya menilai penampilan fisik saja, tetapi juga menilai unsur intrinsik dan ektrinsik. Berbeda pada buku nonfiksi, unsur intrinsik dan ektrinsik tersebut tidak dicantumkan. Berikut langkah-langkah menulis resensi buku nonfiksi:

1)        Memilih buku

Pilihlah buku yang akan Anda resensi sesuai kebutuhan berupa buku yang baru terbit, sedang menjadi perhatian umum, dan bermanfaat bagi masyarakat.


2)        Menguasai isi buku

Bacalah buku tersebut dengan saksama. Jika perlu, ulangi beberapa kali hingga Anda benar-benar menguasai isi buku tersebut.


3)        Mengidentifikasi buku

Dengan membaca dan menguasai buku yang akan diresensi, kita akan mengetahui bagian-bagian yang menjadi kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Hasil identifikasi sebaiknya Anda catat.


4)        Meringkas isi buku

Bagian-bagian yang telah diidentifikasi disusun kembali secara ringkas sehingga menjadi sebuah sinopsis buku.


5)        Memberi penilaian

Penilaian dilakukan dengan memberi tanggapan dengan cara menilai kualitas isi buku, kelebihan, kekurangan, dan manfaat buku tersebut bagi pembaca.


6)        Menyimpulkan

Langkah terakhir adalah membuat simpulan. Dalam tahap ini berilah saran dan pertimbangan kepada pembaca untuk membaca bahkan membeli buku tersebut.


TEORI SASTRA (PUISI, PROSA DAN DRAMA)

Untuk dapat lebih banyak materi, silakan kunjungi: TEORI SASTRA A.       PUISI 1.          Pengertian Puisi Puisi beras...